Sekitar dua bulan lalu, sebagian publik bola Sidoarjo tersenyum sinis melihat kehadiran Bejo Sugiantoro, Anang Ma’ruf, Danilo Fernando serta Christiano Lopez di gelora Delta. Publik menganggap nama-nama itu sudah kedaluwarsa
Publik meragukan performa para old crack tersebut di Djarum Indonesia Super League (DISL). Tapi siapa sangka, nama-nama itu kini justru membawa The Lobster menempati puncak klasemen sementara DISL dengan kemenangan beruntun.
Kemenangan yang tak main-main, mengingat lawannya adalah Sriwijaya FC (SFC) dan Persib Bandung. Dari raut pelatih Mustaqim, mudah ditebak ia sendiri hampir tak percaya dengan capaian timnya. Menang dengan skor besar tentu di luar prediksi sebelumnya.
“Jujur saya hasil ini melebihi dari target semula, karena bagaimana pun kompetisi baru dimulai,” kata Mustaqim. Sebelum pertandingan menghadapi Sriwijaya lalu, bahkan Mustaqim terlihat malu-malu untuk berkoar menghadapi pasukan Ivan Kolev.
Tapi Mustaqim masih berpijak di bumi. Ia belum mau mengklaim timnya sebagai sebuah tim superior yang bakal menaklukkan siapa saja. Cukup beralasan, karena pertandingan di kandang belum menjadi ujian sesungguhnya bagi Danilo Fernando dkk.
Menganalisa strategi di lapangan, ada beberapa skenario yang membuat Deltras mulus ke puncak. Pertama adalah penerapan formasi 3-5-2 yang mungkin di era sekarang dicap sebagai formasi jadul alias ketinggalan zaman.
Mustaqim terlihat memodifikasi formasi tersebut. Jika 3-5-2 sebenarnya bertumpu pada wing back yang menyisir lewat sayap, nyatanya gerak wing back dibatasi. Anang Ma’ruf dan Choirul Mashuda hanya boleh naik sampai tiga per empat lapangan.
Mereka lebih terkonsentrasi bertahan bersama, Sutikno, Bejo Sugiantoro, Mujib Riduan dan Steve Heskeith. Dengan formasi demikian, maka motor serangan bertumpu pada empat pemain, Danilo Fernando, Ferry Aman Saragih, Christiano Lopez dan Marcio Siouza.
Danilo pun jarang menusuk ke dalam kotak pinalti lawan, kecuali pada momen tertentu. Mengingat stamina Danilo yang berkurang, terlihat Mustaqim lebih mendorong Ferry untuk menjadi jangkar yang mendukung Lopez dan Souza.
Skenario kedua adalah pendekatan fisik sekaligus optimalisasi free kick. Walau pemain bertahan Deltras sering menjadi tukang gebuk, lini penyerang justru sering mendapatkan tendangan bebas. Skenario ini sudah disiapkan, karena Deltras memiliki Souza yang spesialis set piece.
Pendekatan fisik juga berhasil mengacaukan konsentrasi lawan. Malah pemain ‘rendah hati’ sekelas Christian Gonzales pun ikut terpancing main otot. Masalahnya, apakah skenario itu tetap berlaku dan efektif di partai away?
Mustaqim belum menjelaskan secara detil. Yang pasti ia bakal berpikir keras untuk menentukan strategi yang cocok menghadapi PSPS Pekanbaru dan raksasa Persija Jakarta. Mustaqim yakin atmosfir pertandingan akan jauh berbeda dan membutuhkan beberapa perubahan.
“Target tidak terlalu muluk di laga away. Belum tentu kita bisa mencapai hasil yang kita inginkan. Di waktu yang ada, saya coba persiapkan tim sebaik mungkin dan berharap hasilnya positif,” kata Mustaqim. Deltras baru menjalani partai away pada 16 Oktober nanti.
Faktor pendukung lain adalah keberuntungan. Di dua pertandingan, The Lobster mencetak dua gol yang berawal dari blunder pemain belakang SFC Gunawan dan Persib Nova Arianto. (Kukuh Setiawan/Koran SI/zwr)
Jumat, 08 Oktober 2010
Pesona Deltras di Dua Laga Awal, Selanjutnya ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar